Kerajaan Mataram Kuno

A.  Kerajaan Mataram Kuno 

Kapan berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).   

Peta Kerajaan Mataram Kuno
Sumber : www.berkasilmu.com
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.   

Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. 

Mataram Kuno dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur. 

B.   Wilayah Kekuasaan Mataram Kuno 

Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilah untuk pertama kalinya istana kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri. Istilah Mataram kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat disana.

Sesungguhnya pusat kerajaan Mataram Kuno pernah mengalami beberapa kali perpindahan, bahkan sampai ke daerah Jawa Timur Sekarang. 
Beberapa daerah yang pernah menjadi lokasi istana Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, antara lain:
1.   Medang i Bhumi Mataram (Masa Sanjaya)
2.   Medang i Mamrati (Masa Rakai Pikatan)
3.   Medang i Poh Pitu (Masa Dyah Balitung)
4.   Medang i Bhumi Mataram (Masa Dyah Wawa)
5.   Medang i Tamwlang (Masa Empu Sindok)
6.   Medang i Watugaluh (Masa Empu Sindok)
7.   Medang i Wwatan (Masa Dharmawangsa Teguh)

Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan Poh Pitu diperkirakan terletak di Kedu. Sementara itu, Tamwlang sekarang disebut dengan nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang disebut Megaluh. Keduanya terletak di Jombang. Istana terakhir, yaitu Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan yang terletak di Madiun.


C.  Periode Pemerintahan Mataram Kuno 

Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budha, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.   

Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku pemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.   

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.   Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.


D.  Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno 

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno disebabkan beberapa hal, pertama terjadinya  bencana alam berupa letusan gunung berapi yang mengakibatkan tertimbunnya candi-candi dan pemukiman penduduk. Kedua krisis politik  yang terjadi tahun 927 sampai 929 Masehi.

Selain itu runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raja Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.   Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.   

Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.


E. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Mataram Kuno

Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.   

Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang melakukan aktivitas dagang di Mataram. Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Komoditas dagang pada saat itu seperti beras, buah-buahan, sirih pinang dan buah mengkudu. selain hasil pertanian, Mataram juga menjual hasil industri berupa alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian, payung, barang-barang anyaman, gula, arang dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik dan ayam juga diperjualbelikan.

Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan disekitar aliran sungai Bengawan Solo, untuk memperlancar arus lalu lintas perdagangan. Lancarnya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno. 

Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.


F.  Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno 

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu prasasti dan candi. Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya: 

Prasasti prasasti peninggalan Mataram Kuno

 Sumber : https://id.wikipedia.org
1. Prasasti Canggal 
Prasasti ini ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan  tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna). 



Sumber : https://id.wikipedia.org

2. Prasasti Kalasan 
Prasasti ini ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha). 


Sumber : http://tarabuwana.blogspot.com
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di Mantyasih,  sekarang Menteseh sebelah barat kota Magelang, Jawa Tengah berangka 907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang. 

 Sumber : wikipedia.org

4. Prasasti Klurak
Prasasti ini ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Prasasti Klurak Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. 

Sumber ; batangkab.go.id
5. Prasasti Sojomerto
Merupakan peninggalan dinasti Syailendra, berada di kota Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan aksara bahasa kawi, yang diperkirakan dibuat pada akhir abad 7 atau awal abad 8. Prasasti ini dibuat pada saat Mataram Kuno masih beragama Hindu Siwa. Di dalam prasasti tersebut terdapat nama-nama keluarga dari raja-raja dinasti Syailendra terkhusus raja Dapunta Selendra yang memiliki ayah dan ibu bernama Santanu dan Sampula.
Sumber : www.rapikan.com

6. Prasasti Siwargrha
Dalam prasasti ini tertulis chandra sengkala "walung gunung sang wiku" yang bermakna angka tahun 778 saka (856 M). Prasasti ini dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai Kayuwangi) segera setelah berakhirnya pemerintahan Rakai Pikatan. Prasasti ini menyebutkan deskripsi kelompok candi agung yang dipersembahkan untuk dewa Siwa  yang disebut shivagrha (rumah Siwa) yang cirinya sangat cocok dengan kelompok candi Prambanan.


Sumber : yacob-ivan.com  
7. Prasasti Gondosuli
Prasasti ini ditemukan di reruntuhan Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Temanggung Jawa Tengah. Prasasti ini dikeluarkan oleh Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, adik ipar raja Mataram, Rakai Garung. Prasasti Gandasuli terdiri dari dua keping, disebut Gandasuli 1 (Dang pu Hwang Glis) dan Gandasuli II (Shanghyang Wintang). Ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan aksara kawi (jawa kuno), berangka tahun 792 M. Berisi filsafat dan ungkapan kemerdekaan serta kejayaan syailendra.

Sumber : anangpaser.wordpress.com
8. Prasasti Kayumwungan
Prasasti pada lima buah penggalan batu yang ditemukan di dusun Karang Tengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini mengisahkan seorang raja bernama Samaratungga yang mempunyai anak bernama Pramowardani yang mendirikan bangunan suci Jinalaya serta Wenuwana (hutan bambu) untuk menempatkan abu jenasah "raja mega" sebutan untuk Dewa Indra, mungkin yang dimaksud adalah raja Indra atau Dharanindra dari keluarga syailendra.


Sumber : https://ulvaladiartygoblog.wordpress.com
9. Prasasti Ngadoman
Ditemukan di Desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Prasasti ini penting karena kemungkinan besar merupakan perantara antara aksara kawi dengan aksara budha.




 Sumber : photobucket.com
10. Prasasti Wanua Tengah III 
Prasasti ini dibuat pada tahun 908 M tepatnya di daerah Gandulan, Kaloran. Prasasti ini berisi nama raja-raja Mataram Kuno. 






Candi-candi Peninggalan Mataram Kuno

 Sumber : wikipedia.org
1.  Candi Sewu
Candi  Sewu merupakan candi terbesar kedua di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur yang bercorak Budha, yang dibangun sekitar abad 8 Masehi. Lokasinya berada di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jarak dari Candi Prambanan sekitar 800 meter. Candi Sewu ternyata lebih tua dari candi Prambanan dan Borobudur. Selain itu hal yang unik dari candi Sewu adalah namanya tidak sesuai dengan  jumlah candi sebenarnya, yang mana jumlahnya hanya sekitar 249 buah saja. Usut punya usut ternyata candi ini berasal dari cerita legenda Roro Jonggrang.

Sumber : pegi-pegi.com 
2. Candi Arjuna
Berbeda dengan Candi Sewu yang bercorak Budha, candi Arjuna adalah candi yang bercorak Hindu. candi ini dibangun pada abad 9 M dan letaknya berada di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Selain candi Arjuna, di daerah Dieng juga terdapat beberapa candi seperti candi Semar, candi Srikandi, candi Puntadewa, Candi Sembadra. Nama candi-candi ini diambil dari nama tokoh yang ada di pewayangan.


Sumber : kemendikbud.go.id
3. Candi Bima
Candi Bima terletak di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Dibangun pada abad 7 sampai abad 13 M. Candi ini bercorak Hindu yang serupa dengan candi yang terdapat di India. Karakteristik dari candi Bima adalah atapnya hampir sama dengan shikara dan seperti mangkok yang ditelungkupkan, bagian atas terdapat arca kudu. 



Sumber : anton-nb.com 
4. Candi Borobudur
Inilah candi terbesar dan terkenal di dunia yang termasuk dari 7 keajaiban dunia versi UNESCO. Candi ini adalah candi bercorak Budha yang terletak di kota Magelang, Jawa Tengah. Dibangun oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Asal mula Borobudur sendiri baru dinamai  ketika Sir Thomas Rafffles menyebutnya di salah satu karya bukunya yang berjudul  "Sejarah Pulau Jawa". Dalam bukuya tersebut, dia menamai Borobudur karena mengacu pada tempat terdekat yaitu Desa Bore dan Budur yang berasal dari kata Budhara yang artinya gunung. 

Sumber : candi1001.blogspot.com
 
5. Candi Mendut
Selain candi Borobudur, candi Mendut juga termasuk candi yang bercorak Budha. Letaknya sama dengan Borobudur, yaitu di Magelang, Jawa Tengah. Candi Mendut dibuat pada abad 8 Masehi oleh dinasti Syailendra pada masa kekuasaan Raja Indra. Dinding candi banyak terdapat relief Brahmana, angsa, kura-kura, Dharmabuddhi, Dustabuddhi, dan 2 burung betet.

Sumber : wikipedia.org




6. Candi Pawon 
Menurut beberapa peneliti kata Pawon brasal dari bahasa jawa yang berarti dapur atau tempat perabuan. Candi ini terletak berdekatan dengan Candi Borobudur dan Candi Mendut.  Sayangnya sejarah akan candi ini masih simpang siur dan tidak jelas, selain itu di dalamnya juga tidak terdapat arca sehingga sulit untuk menelitinya. 


Sumber : flickr.com


 
7. Candi Puntadewa
Candi ini satu daerah dengan candi Arjuna dan candi lainnya yang dinamakan pewayangan. Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk tempat pemujaan Dewa Siwa, tak salah jika coraknya berasal dari India. Dalam sejarahnya candi ini juga tidak jelas asal-usulnya, namun berdasarkan penelitian, candi ini sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Sebenarnya candi ini tidak terlalu besar, hanya saja lebih menjulang ke atas.




Sumber : wikipedia.org
8. Candi Semar 
Candi ini juga berada dalam kawasan candi Arjuna, yang terdapat di Dieng. Candi ini termasuk Candi Hindu Siwa yang dibuat oleh kerajaan Mataram Kuno. Menariknya Candi ini berhadapan langsung dengan Candi Arjuna. Keunikan lainnya adalah candi ini paling pendek dan kecil dibanding candi lainnya di kawasan Dieng, hanya berukuran 3,5 meter dan 7 meter dengan atap berbentuk limas. Kegunaan dari Candi ini adalah sebagai tempat penyimpanan peralatan senjata dan pemujaan.

Sumber : wisatajateng.com
9. Candi Gatot Kaca
Candi ini dapat dijumpai dalam kompleks percandian Arjuna, di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bagi pecinta kesenian wayang pasti mengetahui sosok gatotkaca yang sakti mandraguna dengan sebutan "otot kawat tulang besi". Jika ingin mengunjungi Candi Gatotkaca, kalian dapat menemukannya di seberang museum Kaliasa.


Sumber : tentangindonesiaku.com
10. Candi Gedong Songo
Candi ini merupakan sebuah kompleks percandian yang lokasinya berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dalam kompleks percandian terdapat 9 buah candi. Candi dibuat tahun 927 Masehi pada masa Raja Wangsa Syailendra. Candi ini terletak pada ketinggian 1.200 meter sehingga menyuguhkan pemandangan alam yang indah. 


Sumber : pinterest.com 



11. Candi Sari
Candi yang bercorak Budha, yang berlokasi di Dusun Bendan, Desa Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dahulu dimanfaatkan sebagai biara yang menjadi tempat bertapa dan belajar para biksu. Diperkirakan bangunan ini telah ada sejak abad ke 8 semasa kekuasaan Raja Panangkaran. Pada bagian atap candi terdapat 9 buah stupa yang tersusun berjajar dalam 3 deret. Pada bagian dalam candi terdapat ruangan bertingkat dua kemungkinan yang dipakai sebagai tempat bertapa para biksu. 
G.  Raja-raja yang pernah berkuasa di Mataram

    1.   Sanjaya (Pendiri kerajaan Medang)
    2.   Rakai Panangkaran (awal berkuasanya wangsa Syailendra)
    3.   Rakai Panunggalan (Dharanindra)
    4.   Rakai Warak (Samaragrawira)
    5.   Rakai Garung (Samaratungga)
    6.   Rakai Pikatan suami Pramowardani (awal kebangkitan wangsa Sanjaya)
    7.   Rakai Kayuwangi (Dyah Lokapala)
    8.   Rakai Watuhumalang
    9.   Rakai Watukura Dyah Balitung
   10. Mpu Daksa
   11. Rakai Layang Dyah Tulodong
   12. Rakai Sumba Dyah Wawa
   13. Sri Lokapala (Suami dari Sri Isanatunggawijaya)
   14. Makuthawangsawardhana
   15. Dharmawangsa Teguh (Berakhirnya Kerajaan Medang)


Yuk Kita Saksikan Video Tentang Kerajaan Mataram Kuno!!!
Semoga Bermanfaat dan Menambah Ilmu Kita...



Latihan Yuk!!
1.   Sebutkan sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno!
2.   Sebutkan Candi Budha peninggalan Kerajaan Mataram Kuno!
3.   Sebutkan Candi Hindu Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno!
4.   Jelaskan perbedaan antara candi Hindu dan candi Budha!
5.   Bagaimanakah kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Mataram Kuno?
6.   Sebutkan wilayah kekuasaan dari Mataram Kuno?
7.   Sebutkan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Mataram Kuno!
8.   Menurut kalian adakah hubungannya antara Mataram Kuno dan Mataram Islam? Jelaskan!
9.   Jelaskan pengaruh kebudayaan Hindu Budha terhadap masyarakat Indonesia!
10. Jelaskan Faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno!






Komentar

  1. Mohon periksa kembali tulisan dalam blog anda kurang jelas, terblog warna putih, sehingga pembaca tidak bisa membacanya

    BalasHapus
  2. Bagaimana melestarikan budaya dan menjaga sejarah ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih sudah datang ke blog saya, salam kenal.
      Untuk melestarikan budaya dan menjaga sejarah bangsa, bisa kita lakukan dengan menanamkan rasa cinta terhadap budaya dan sejarah bangsa Indonesia, memasukkan budaya daerah dan sejarah ke dalam mata pelajaran muatan lokal, memgadakan festival budaya dan sejarah, membuat film dokumenter tentang budaya dan sejarah bangsa, untuk pembelajaran sejarah bisa dilakukan dengan memberikan tugas membuat video pembelajaran tentang peristiwa sejarah. Selain itu kita juga bisa melakukan napak tilas budaya dan sejarah yang mungkin ada di lingkungan sekitar kita.
      Sebenarnya peran media massa sangat penting juga dalam melestarikan budaya dan menjaga sejarah, tapi sama-sama kita tahu bahwa tayangan tentang pendidikan sejarah dan budaya bangsa sangat minim sekali, bahkan tidak ada, kalah dengan sinetron maupun reality show.
      Apalagi jam pembelajaran sejarah di SMK hanya 3 jam setiap minggunya, waktu singkat yang harus dimanfaatkan untuk menyampaikan materi sekaligus penanaman karakter dan jiwa nasionalisme peserta didik.
      Masih banyak bu cara untuk menjaga dan melestarikan budaya dan sejarah bangsa, mungkin Ibu bisa membantu saya menambahkannya...

      Hapus

Posting Komentar