Setelah Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945, sekutu kemudian memerintahkan Jepang untuk melaksanakan status
quo, yaitu menjaga situasi dan kondisi sebagaimana adanya pada saat itu
sampai kedatangan tentara sekutu ke Indonesia.
Pihak sekutu memutuskan bahwa pasukan – pasukan Amerika
Serikat akan memusatkan perhatian pada pulau – pulau di Jepang, sedangkan
tanggung jawab terhadap Indonesia dipindahkan dari SWPC (South
West Pasific Command) dibawah komando Amerika Serikat kepada SEAC (South
East Asia Command) di bawah komando Inggris yang dipimpin Laksamana Lord
Louis Mountbatten. Sebelum kedatangan tentara sekutu ke Indonesia,
pada tanggal 8 September Laksamana L. L. Mountbatten mengutus tujuh perwira
Inggris di bawah pimpinan Mayor A. G. Greenhalgh ke Indonesia. Tugasnya adalah
mempelajari serta melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan pasukan
sekutu.
A. KEDATANGAN SEKUTU DAN NICA DI INDONESIA
Pada tanggal 16 September 1945 rombongan perwakilan sekutu
berlabuh di Tanjung Priok. Rombongan ini dipimpin oleh Laksamana Muda W. R.
Patterson. Dalam rombongan ini ikut pula C. H. O. Van der Plas yang mewakili
pimpinan NICA yaitu Dr. H. J. Van Mook. Setelah itu pada tanggal 29 September 1945 tibalah
pasukan SEAC di Tanjung Priok, Jakarta di bawah pimpinan Letjend Sir Philip Chistison. Pasukan ini bernaung di bawah bendera AFNEI (Allied
Forces Netherlands East Indies).
Pasukan AFNEI terbagi menjadi 3 divisi
yaitu :
1. Divisi India ke-23, di pimpin oleh Mayor
Jendral D.C. Hawthorn bertugas di Jawa Barat
2. Divisi India ke-5, di pimpin oleh Mayor J E.C
Marsergh bertugas di Jawa Timur
3. Divisi India ke-26, di pimpin oleh Mayor
Jendral H.M. Chambers bertugas di Sumatra
Pasukan AFNEI di pusatkan di Barat Indonesia terutama
wilayah Sumatera dan Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya, terutama wilayah
Timur diserahkan kepada angkatan perang Australia. AFNEI diserahi beberapa
tugas sebagai berikut :
1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan
Indonesia.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran
sekutu
3. Melucuti dan memulangkan tentara jepang
4. Memulihkan keamanan dan ketertiban
5. Mencari dan mengadili para penjahat perang.
Kedatangan sekutu ke Indonesia semula mendapatkan sambutan
hangat dari rakyat Indonesia, seperti kedatangan Jepang dulu. Akan tetapi
setelah diketahui mereka datang disertai orang-orang NICA (Netherlands
Indies Civil Administration), sikap rakyat Indonesia berubah menjadi penuh
kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa
NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi berubah memburuk tatkala
NICA mempersenjatai kembali bekas anggota KNIL (Koninklijk
Nederlands Indies Leger). Satuan – satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang
kemudian bergabung dengan tentara NICA. Diberbagai daerah, NICA dan KNIL yang
didukung Inggris/Sekutu melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para
pemimpin nasional.
Untuk meredakan ketegangan tersebut, pada tanggal 1 Oktober
1945 panglima AFNEI menyatakan pemberlakuan pemerintahan Republik Indonesia
yang ada di daerah – daerah sebagai kekuasaan de facto. Kerena pernyataan
tersebut pemerintah RI menerima pasukan AFNEI dengan tangan terbuka, bahkan
pemerintah RI memerintahkan pejabat daerah untuk membantu tugas – tugas AFNEI.
Pada kenyataannya kedatangan pihak sekutu selalu menimbulkan
insiden di beberapa daerah. Tentara sekutu sering menunjukkan sikap tidak
menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Lebih dari itu, tampak jelas bahwa
NICA ingin mengambil alih kembali kekuasaan di Indonesia. Hal ini membuktikan
bahwa AFNEI telah menyimpang dari misi awalnya. Kenyataan tersebut memicu
pertempuran di beberapa daerah seperti Surabaya, Sukabumi, Medan, Ambarawa,
Manado, dan Bandung.
B. PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN SENJATA
1. Pertempuran
Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang
antara pihak tentara Indonesia dan pasukan sekutu. Peristiwa besar ini terjadi
pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini
adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasikan asing setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam
sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional perlawanan
nasional terhadap kolonialisme.
Tentara sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober
1945, dibawah pimpinan Brigjen Aubertin Walter Sothern (A.W.S) Mallaby yang
berkebangsaan Inggris. Kedatangan pasukan sekutu disambut baik oleh Gubernur
Jawa Timur R.M.T.A Soeryo. Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan
Brigjen AW.S Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai
berikut :
1. Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan
Perang Belanda
2. Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk
menjamin keamanan dan ketentraman
3. Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama
berjalan lancar
4. Inggris hanya akan melucuti senjata jepang
Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan sekutu melanggar
kesepakatan terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan
membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer. Tindakan
ini dilanjutkan dengan penyebaran pamphlet-pamflet yang berisi perintah agar
rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya dan TKR
bertekad akan mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak akan
menyerahkan senjata mereka.
Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris
terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan perjuangan yang gigih
dapat melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital.
Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan mengepung dan
menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan hubungan
logistiknya. Serangan tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun
dipihak kita banyak jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno
beserta Jenderal D.C Hawthorn tiba di Surabaya. Dalam perundingan antara
pemerintahan RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak
senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak sekutu.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat
di Gedung Bank Internatio dan Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan
Brigjen A.W.S Mallaby. Kematian Brigjen A.W.S Mallaby itu mejadi dalih bagi
Inggris untuk menggempur rakyat Surabaya dan menuntut “menyerah tanpa syarat”.
Pada tanggal 7 November 1945, pemimpin tentara Inggris yang
baru, Mayjen E.C Marsergh memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya, dengan
isi ultimatumnya adalah :
1. Rakyat Surabaya harus bertanggung jawab atas
terbunuhnya Brigjen A.W.S Mallaby.
2. Rakyat Surabaya harus menyerahkan senjata dan
mengibarkan bendera putih sebagai tanda “menyerah”.
Batas waktu yang ditentukan untuk ultimatum ini adalah
paling lambat tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 WIB. Jika ultimatum tidak
dilaksanakan, maka pasukan Inggris akan mengerahkan pasukan infantri dengan
senjata berat untuk menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta
kemerdekaan. Oleh karena tepat pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat
Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur
Soeryo. Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal
10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No. 4
Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya dan menciptakan pekik
persatuan demi revolusi yaitu “merdeka atau mati”. Di samping itu juga
merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak
menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat. Rakyat Surabaya tidak takut
dengan gempuran Sekutu. Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul
18.00. pasukan sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu
divisi infantri sebanyak 10.000 - 15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh
kapal perang penjelajah “Sussex” serta pesawat tempur “mosquito”
dan “Thunderbolt”.
Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Dalam
pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat bahu membahu, baik
dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR
laut dibawah komandan pertahanan Kota, Soengkono. Peristiwa 10 November ini
juga tidak lepas dari peran kaum ulama. Ulama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari,
KH. Wahab Hasbullah, serta kyai – kyai pesanren lainnya yang mengerahkan santri
– santri merekan dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan. Akibat
pertempuran tersebut ± 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran
Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda
sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
Kota Surabaya memang hancur, tetapi pertempuran ini
menunjukkan suatu semangat serta sikap pantang mundur para pejuang dalam mempertahankan
kemerdekaan. Untuk mengenang perjuangan arek – arek Surabaya, di kota ini
kemudian dibangun Tugu Pahlawan dan setiap tanggal 10 November di peringati
sebagai Hari Pahlawan.
2. Pertempuran
(Palagan) Ambarawa
Kedatangan sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945
dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh
Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro karena akan mengurus tawanan perang. Akan
tetapi, secara diam-diam mereka bersama-sama NICA dan mempersenjatai para bekas
tawanan perang Ambarawa dan Magelang. Hal ini menimbulkan kemarahan pihak
Indonesia, maka konflik bersenjata tidak bisa dihindari.
Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan
tentara Sekutu maka tanggal 2 November 1945 Presiden Soekarno dan
BrigJend Bethtel mengadakan perundingan gencatan senjata. Berikut ini 3 dari 12
butir kesepakatan antara pemerintah RI dan pihak sekutu :
1. Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di
Magelang dalam rangka menyelesaikan tugas pokoknya, yaitu mengurus para tahanan,
tetapi dengan jumlah yang terbatas.
2. Jalan raya antara Magelang dan Semarang tetap
dibuka bagi lalu lintas tentara sekutu dan masyarakat Indonesia.
3 Sekutu tidak akan mendukung aktifitas NICA
dalam badan – badan yang berada di bawah kekuasaannya.
Dalam kenyataannya pihak sekutu melanggar kesepakatannya,
salah satunya adalah menambah jumlah pasukannya di Magelang. Pertempuran
Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober
1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara
pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas.
Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kehadiran
Letkol Soedirman memberikan nafas baru kepada pasukan – pasukan RI. Koordinasi
diadakan kepada para komandan - komandan sektor untuk menyusun strategi penyerangan
terhadap musuh.
Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari
Magelang ke Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu
Tengah dibawah pimpinan Letnal Kolonel M. Sarbini dan meletuslah
pertempuran Ambarawa. Pasukan Angkatan muda dibawah Pimpinan
Sastrodihardjo yang diperkuat pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh
dan Surakarta menghadang sekutu di desa Lambu. Pada tanggal 12 Desember 1945
pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan dibenteng Willem, yang
terletak ditengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa di
kepung. Kerena merasa terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan
Sekutu meninggalkan Ambarawa menuju ke Semarang.
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa
“Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan
Ambarawa di tengah kota Ambarawa. Selain itu tanggal 15 Desember diperingati
sebagai hari jadi TNI AD atau Hari Juang Kartika.
Pertempuran Ambarawa
3. Pertempuran
Medan Area
Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada
tanggal 27 Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya
sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang
diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oelh pemerintah untuk menegakkan
kedaulatan Republik Indonesia di Sumatra dengan membentuk Komite Nasional
Indonesia di wilayah itu.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di
Sumatra Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal E.T.D. Kelly. Awalnya mereka
diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan
tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Akan tetapi,
serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan
mengambil alih pemerintahan. Hal ini menimbulkan konflik dengan TKR dan BPI
(Barisan Pemuda Indonesia) pimpinan Achmad Tahir yang merupakan bekas seorang
perwira tentara sukarela.
Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada
tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas
dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini
mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan
terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Setelah kejadian tersebut pada
tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D Kelly memberikan ultimatum
kepada pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror mulai
dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang
papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area (Batas
Resmi Wilayah Medan) di berbagai sudut pinggiran Kota Medan. Tulisan ini
semacam “garis polisi”, yang diyakini akan menghambat pergerakan para pemuda
dan TKR terhadap pasukan sekutu.
Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan
serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan
pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946 pasukan inggris
berhasil mendesak pemerintahan RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR,
Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau
pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat
Medan Area.
Selain di daerah Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga
terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan
Bukit Tinggi pertempuran berlangsung sejak bulan November 1945. Sementara itu
dalam waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran melawan Sekutu. Dalam
pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang untuk menghadapi
perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal dengan
peristiwa Krueng Panjol Bireuen. Pertempuran di sekitar
Langsa/Kuala Simpang Aceh semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin langsung
oleh Residen Teuku Nyak Arief. Dalam pertempuran ini pejuang kita berhasil
mengusir Jepang. Dengan demikian diseluruh Sumatra rakyat bersama pemerintah
membela dan mempertahankan kemerdekaan.
4. Peristiwa
Merah Putih di Manado
Peristiwa Merah Putih terjadi tanggal 14 Februari di Manado.
Para pemuda tergabung dalam pasukan KNIL Kompeni VII bersama laskar rakyat dari
barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohon,
dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan.
Pada tanggal 16 Februari 1946 mereka mengeluarkan surat selebaran yang
menyatakan bahwa kekuasaan diseluruh Manado telah berada di tangan Republik
Indonesia. Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para pemimpin dan
pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang
dipimpin oleh Mayor Waisan.
Bendera Merah Putih dikibarkan diseluruh pelosok Minahasa
hampir selama satu bulan, yaitu sejak tanggal 14 Februari 1946. Dr. Sam
Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi bertugas untuk memperjuangkan
keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia memerintahkan pembentukan badan
perjuangan pusat keselamatan rakyat. Dr. Sam Ratulangi membuat petisi yang
ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam petisi itu dinyatakan
bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia.
Oleh karena petisi itu, pada tahun 1946, Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke
Serui (Irian Barat dan sekarang Papua).
5. Peristiwa
Bandung Lautan Api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari
datangnya Sekutu pada tanggal 17 Oktober 1945. Pada waktu itu para pemuda dan
pejuang di kota Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjata dan kekuasaan
dari tangan Jepang. Oleh Sekutu, senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang
supaya diserahkan padanya. Bahkan pada tanggal 21 November 1945, TKR dan badan
– badan perjuangan melancarkan serangan terhadap wilayah kedudukan Inggris di
bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preager yang mereka gunakan
sebagai markas. Tiga hari kemudian, sekutu menyampaikan ultimatum kepada
Gubernur Jawa Barat agar Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia
paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan.
Oleh para pejuang, ultimatum tersebut tidak diindahkan dan mendorong pasukan
TRI untuk melakukan operasi “bumi hangus”. Keputusan untuk membumihanguskan
Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan
Priangan (MP3).
Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 23 Maret 1945
yakni agar TRI meninggalkan kota Bandung. Menghadapi ultimatum tersebut para
pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di
Jakarta yang diwakili oleh Komandan divisi III TRI Kolonel Abdul Haris
Nasoetion memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara markas
TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya
para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para
pejuang meninggalkan Bandung walaupun dengan berat hati. Namun sebelum
meninggalkan kota Bandung, terlebih dahulu para pejuang Republik Indonesia
menyerang ke arah kedudukan - kedudukan Sekutu sambil membumihanguskan kota
Bandung bagian Selatan. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan
memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung
Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung mengungsi ke luar
kota.
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan
yang bernama Moh. Toha dan Ramdan dua milisi Barisan Rakyat
Indonesia (BRI). Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api,
seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo - Halo
Bandung”.
Pertempuran Bandung Lautan Api
6. Pertempuran
Puputan Margarana
Salah satu isi perundingan Linggajati pada tanggal l0
November 1946 adalah bahwa Belanda mengakui secara de facto Republik
Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
Selanjutnya Belanda harus sudah meninggalkan daerah de facto paling
lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda
mendaratkan pasukannya ± 2000 tentara di Bali, ikut pula tokoh-tokoh
yang memihak Belanda. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai Komandan
Resimen Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi
dengan Markas tertinggi TRI. Sementara itu perkembangan politik di pusat
Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan
Linggajati di mana Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
Rakyat Bali merasa kecewa terhadap isi perundingan ini. Lebih-lebih ketika
Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai diajak membentuk Negara
Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai,
bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946 I
Gusti Ngurah Rai memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di
Tabanan.
Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal
dengan nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga.
Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung
Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan
serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga. Pertempuran
hebat terjadi pada tanggal 29 November 1946 di Margarana, sebelah utara
Tabanan. Karena kalah dalam persenjataan maka pasukan Ngurah Rai dapat
dikalahkan.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan
perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the
end) demi membela Nusa dan Bangsa. Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta
seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut sebagai kusuma bangsa.
Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama
Puputan Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan
bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
Untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I
Gusti Ngurah Rai diabadikan menjadi sebuah nama bandara di Denpasar, Bali. Nama
Bandara tersebut adalah bandara “Ngurah Rai”. Di samping itu juga dianugerahi
sebagai Pahlawan Anumerta.
Perang Puputan
7. Peristiwa
Westerling di Makassar
Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan yang diangkat tahun 1945,
Dr. G.S.S.J. Ratulangie melakukan aktivitasnya dengan membentuk Pusat Pemuda
Nasional Indonesia (PPNI). Organisasi yang bertujuan untuk menampung aspirasi
pemuda ini pernah dipimpin oleh Manai Sophian.
Sementara itu pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan
pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan
pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang
Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan
Negara Indonesia Timur (NIT).
Di daerah ini pula, pasukan Australia yang diboncengi NICA
mendarat kemudian membentuk pemerintahan sipil di Makassar, karena Belanda
melakukan usaha memecah belah rakyat maka tampillah pemuda-pemuda pelajar
seperti A. Rivai, Paersi, dan Robert Wolter Monginsidi melakukan perlawanan dengan
merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai NICA. Selanjutnya untuk
menggerakkan perjuangan dibentuklah Laskar Pemberontak Indonesia Sulawesi
(LAPRIS) dengan tokoh - tokohnya Ranggong Daeng Romo, Makkaraeng Daeng Djarung,
dan Robert Wolter Monginsidi sebagai Sekretaris Jenderalnya.
Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara
keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember
1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada
waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa
yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban
kebiadaban.
Peristiwa Westerling di Makasar
8. Serangan Umum
1 Maret 1949
Ketika Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada
bulan Desember 1948 ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh
Belanda. Belanda menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan
Belanda pada saat yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat oleh Syarifudin Prawiranegara.
Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga masyarakat Yogyakarta juga memberikan
dukungan kepada RI. Pimpinan TNI di bawah Jenderal Sudirman yang sebelumnya
telah menginstruksikan kepada semua komandan TNI melalui surat Perintah Siasat
No. 1 bulan November 1948 yang isinya adalah :
1) Memberikan kebebasan kepada setiap
komandan untuk melakukan serangan terhadap posisi militer Belanda
2) Memerintahkan kepada setiap
komandan untuk membentuk kantong-kantong pertahanan (wehrkreise)
3) Memerintahkan agar semua kesatuan
TNI yang berasal dari daerah pendudukan untuk segera meninggalkan Yogyakarta
untuk kembali ke daerahnya masing-masing (seperti Devisi Siliwangi harus
kembali ke Jawa Barat), jika Belanda menyerang Yogyakarta. Untuk pertahanan
daerah Yogyakarta dan sekitarnya diserahkan sepenuhnya kepada pasukan TNI
setempat yakni Brigade 10 di bawah Letkol Soeharto.
Dengan adanya agresi Militer Belanda maka dalam beberapa
minggu kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak
terkoordinasi. Namun para pejuang mampu melakukan komunikasi melalui jaringan
radio, telegram maupun para kurir. Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah
PDRI, TNI melakukan serangan secara besar-besaran terhadap posisi Belanda di
Yogyakarta. Serangan ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949 dipimpin oleh
Letkol Soeharto. Sebelum serangan dilakukan, terlebih dahulu meminta
persetujuan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem kantong-kantong pertahanan (wehrkreise).
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor
yaitu :
1. Sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual
2. Sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor
Sardjono
3. Sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno
4. Sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono
dan Letnan Masduki
Pada malam hari menjelang serangan umum, pasukan-pasukan
telah merayap mendekati kota dan melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari
tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan
dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin
penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat membantu
memperlancar jalannya penyerangan dengan memberikan bantuan logistik. Serangan
umum ini membawa hasil yang memuaskan sebab para pejuang dapat menguasai kota
Yogyakarta selama 6 jam yakni jam 06.00 sampai jam 12.00 dan setelah itu
pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan
sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis
baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.
Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang
bergerilya di daerah Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera,
selanjutnya dari Sumatera berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan
harinya peristiwa itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi
melalui radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New
Delhi, India) dan L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat).
1. Intern
a. Meningkatkan
semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
b. Mendukung perjuangan
secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan sikap
pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan
kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.
2. Ekstern
a. Menunjukkan
kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan serangan
b. Mematahkan moral
pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1
Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.
4. Perjanjian Roem Royen
1. Angkatan bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan
semua aktivitas gerilya
C. PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
1. Perundingan di Hooge Veluwe
Perundingan ini dilaksanakan di Hooge Veluwe, Belanda pada
tanggal 14 – 25 April 1946. Diplomasi ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan
yang telah disetujui bersama oleh Sjahrir dan Van Mook pada 27 Maret 1946.
Adapun para delegasi dalam perundingan ini diantaranya adalah:
(1) Delegasi Indonesia diwakili oleh Mr. Suwandi, dr. Sudarsono,
dan Mr. A.K. Pringgodigdo
(2) Delegasi Belanda diwakili oleh Dr. Van Mook, Prof.
Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van Asbeck, Sultan Hamid II, dan
Surio Santosa
(3) Pihak sekutu sebagai penengah diwakili oleh Sir
Archibald Clark Kerr
Namun, perundingan ini tidak menghasilkan apapun karena
Belanda menolak konsep hasil pertemuan antara Sjahrir dan Van Mook di Jakarta.
Pihak Belanda tidak mau mengakui kedaulatan RI atas Jawa dan Sumetera secara
Defacto. Belanda hanya mengakui kedaulatan RI atas Jawa dan Madura dan
daerah-daerah yang diduduki oleh sekutu.
Dengan tidak ditemukannya kesepakatan dalam perundingan ini
membuat hubungan Indonesia dan Belanda terputus. Namun, Van Mook tetap berupaya
mengajukan beberapa usulan kepada pemerintahan Indonesia.
Adapun isi dari
usulan Van Mook tersebut adalah :
1. Belanda mengakui Republik Indonesia sebagai bagian dari
negara persemakmuran (gemeennebest) yang berbentuk federasi.
2. Indonesia menjadi negara Persemakmuran seperti Nederland,
Suriname, dan Curacao yang merupakan bagian dari kerajaan Belanda.
3. Belanda mengakui secara de facto kekuasaan RI meliputi
Jawa, Madura, dan Sumatera.
Akan tetapi usulan-usualan tersebut ditolak oleh pemerintah
Indonesia karena dianggap tidak menguntungkan bagi pihak Indonesia.
2. Perundingan Linggarjati
Diadakan pada tanggal 10 November 1946 di Linggarjati, Cirebon, Jawa Barat. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan Belanda
diwakili oleh Prof. Schermerhon. Hasil perjanjian ini sebagai berikut:
1. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Negara Indonesia Serikat terdiri dari Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Kalimantan.
3. Negara Indonesia Serikat dan Belanda merupakan satu uni dengan nama Uni Indonesia-Belanda yang diketuai Belanda. Namun, Belanda mengingkari perjanjian ini dan melancarkan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947.
1. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Negara Indonesia Serikat terdiri dari Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Kalimantan.
3. Negara Indonesia Serikat dan Belanda merupakan satu uni dengan nama Uni Indonesia-Belanda yang diketuai Belanda. Namun, Belanda mengingkari perjanjian ini dan melancarkan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947.
3. Perjanjian Renville
Perjanjian Renville diadakan pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat. Isi perjanjian ini sebagai berikut:
a. Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatra.
b. Semua pasukan RI harus ditarik mundur dari wilayah-wilayah yang diduduki Belanda.
c. Belanda tetap berdaulat di seluruh wilayah Indonesia sampai diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan segera dibentuk. Namun, Belanda lagi-lagi mengingkari isi Perjanjian Renville dan melakukan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1949.
Perjanjian Renville diadakan pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat. Isi perjanjian ini sebagai berikut:
a. Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatra.
b. Semua pasukan RI harus ditarik mundur dari wilayah-wilayah yang diduduki Belanda.
c. Belanda tetap berdaulat di seluruh wilayah Indonesia sampai diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan segera dibentuk. Namun, Belanda lagi-lagi mengingkari isi Perjanjian Renville dan melakukan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1949.
USS Renville Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville |
4. Perjanjian Roem Royen
Diadakan pada tanggal 17 April 1949 di Jakarta. Indonesia diwakili oleh Moh.
Roem dan Belanda diwakili oleh Van Royen. Isi perjanjian ini sebagai berikut.
a. Pemerintah
Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
b. Menghentikan
gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
c. Republik
Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia
Perjanjian Roem Royen Sumber : https://www.zonareferensi.com/perjanjian-roem-royen/ |
Hasil perundingan Roem Royen ini antara lain adalah :
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi
Meja Bundar (KMB)
3. Kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke kota
Yogyakarta
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi
militer dan membebaskan semua tahanan perang dan politik
5. Belanda menyetujui Republik Indonesia sebagian dari Negara
Indonesia Serikat
6. Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan
tanpa syarat
7. Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan
dengan dasar sukarela dan persamaan hak
8. Belanda memberikan semua hak, kekuasaan dan kewajiban kepada
Indonesia
Dampak Perjanjian Roem Royen
1. Pembebasan tahanan politik
sehingga Soekarno dan Hatta kembali ke Yogyakarta setelah diasingkan.
2. Yogyakarta juga menjadi ibukota sementara dari Indonesia.
3. Terjadi juga
penyerahan mandat dari Sjafruddin Prawiranegara sebagai presiden PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) kembali kepada Ir. Soekarno.
5. Konfrensi Meja Bundar
Latar Belakang Konferensi Meja Bundar
Hal yang melatarbelakangi terjadinya KMB adalah kegagalan
Belanda untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan karena
adanya kecaman dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian
mengadakan beberapa pertemuan untuk melakukan penyelsaian secara diplomasi.
Sebelumnya terlah terjadi beberapa perundingan antara pihak Belanda dan
Indonesia lewat perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville.
Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan militer
Belanda terhadap tentara Indonesia. Dewan Keamanan PBB juga menyerukan
diadakannya perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua pihak.
Usai perjanjian Roem Royen pada tanggal 6 Juli, rencananya
akan diadakan lagi konferensi yang akan diikuti oleh para tokoh yang masih
diasingkan di Bangka. Sebelumnya diadakan terlebih dahulu Konferensi
Inter-Indonesia di Yogyakarta antara tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949.
Konferensi Inter-Indonesia dihadiri semua otoritas bagian
dari Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk. Para partisipan setuju
mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk konstitusinya. Pada tanggal 11
Agustus 1949, dibentuk perwakilan Republik Indonesia untuk menghadiri
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Waktu dan Tempat Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di kota Den Haag,
Belanda. Waktu pelaksanaannya diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2
November 1949.
Konfrensi Meja Bundar
Tujuan Konferensi Meja Bundar
Ada beberapa tujuan diadakannya Konferensi Meja Bundar ini
antara lain adalah :
Mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda dengan
cara melaksanakan perjanjian-perjanjian yang sudah dibuat antara Republik
Indonesia dengan Belanda, khususnya mengenai pembentukan Negara Indonesia
Serikat (RIS).
Dengan tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka Indonesia
telah diakui sebagai negara yang berdaulat penuh oleh Belanda, walaupun tanpa
Irian Barat.
Tokoh Konferensi Meja Bundar
Ada tiga pihak yang terlibat dalam konferensi Meja Bundar,
yakni pihak Indonesia, pihak Belanda yang diwakili BFO dan pihak UNCI (United
Nations Comissioner for Indonesia) selaku penengah.
1. Pihak Indonesia
Pihak Indonesia diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta dan
terdiri dari 12 delegasi secara keseluruhan.
a. Drs. Mohammad Hatta
b. Nir. Moh. Roem
c. Prof Dr. Mr. Supomo
d. Dr. J. Leitnen
e. Mr. Ali Sastroamicijojo
f. Ir. Djuanda
g. Dr. Sukiman
h. Mr. Suyono Hadinot
I. Sumitro Djojohadikusumo
j. Mr. Abdul Karim Pringgodigdo
k. Kolonel T.B. Simatupang
l. Mr. Muwardi
2. Pihak Belanda
Dalam KMB, pihak Belanda diwakili oleh BFO (Bijeenkomst voor
Federaal Overleg) yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di
kepulauan Indonesia.
Perwakilan BFO ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak. Perwakilan Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen dan UNCI
diwakili Chritchley.
3. Pihak UNCI
Pihak UNCI atau United Nations Comissioner for Indonesia
bertindak sebagai penengah jalannya konferensi antara Indonesia dan Belanda.
Pembentukan UNCI dilakukan sebagai penengah dan mediator perdamaian
perselisihan Indonesia dan Belanda.
Hasil dan Isi Konferensi Meja Bundar
1. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
sebagai sebuah negara yang merdeka.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
3. Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam
waktu setahun setelah pengakuan kedaulatan.
4. Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk mengadakan kerjasama
antara RIS dan Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
5. Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik
Belanda dan memberikan hak-hak konsesi serta izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda.
6. Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang
Belanda sejak tahun 1942.
Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia
dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
7. Tentara Kerajaan Belanda akan ditarik mundur, sedangkan
Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa
anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Dampak Konferensi Meja Bundar
Pengesahan dan penandatanganan isi Konferensi Meja Bundar
dilakukan pada tanggal 29 Oktober 1949. Hasil KMB ini kemudian disampaikan
kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Selanjutnya KNIP melakukan sidang pada tanggal 6-14 Desember
1949 untuk membahas hasil dari KMB. Pada akhirnya KNIP menyetujui hasil KMB.
Pada 15 Desember 1949, Soekarno sebagai calon tunggal terpilih sebagai presiden
Republik Indonesia Serikat.
Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi
berdaulat yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan
Kerajaan Belanda. Kabinet RIS terbentuk di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta yang
menjadi Perdana Menteri.
Penyerahan kedaulatan Belanda terhadap Indonesia akhirnya
disahkan pada tanggal 27 Desember 1949. Dalam upacara penyerahan kedaulatan
pihak Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem
Drees dan Menteri Seberang Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi
Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta.
Di waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX
dan Wakil Tertinggi Mahkota AH. J. Lovink menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka Indonesia
berubah bentuk negaranya berubah menjadi negara serikat yakni Republik
Indonesia Serikat (RIS).
Penyerahan kedaulatan menandai pengakuan Belanda atas
berdirinya Republik Indonesia Serikat dan wilayahnya mencakup semua bekas
wilayah jajahan Hindia-Belanda secara formal kecuali wilayah Irian Barat. Irian
barat diserahkan oleh Belanda setahun kemudian.
Ayo Berlatih
Cari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya?
2. Apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi?
3. Apa yang melatarbelakangi peristiwa Pertempuran 10 November di Surabaya?
4. Apa isi perjanjian Roem Royen?
5. Apa yang dimaksud Agresi Militer Belanda? Kapan terjadinya dan apa latar belakangnya?
6. Sebutkan tindakan-tindakan heroik di berbagai kota dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia!
7. Sebutkan tujuan AFNEI datang ke Indonesia!
8. Apakah latar belakang kedatangan sekutu dan NICA di Indonesia?
9. Apakah arti serangan umum 1 Maret bagi bangsa Indonesa?
10. Jelaskan secara singkat peristiwa Westerling di Makasar!
Cari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya?
2. Apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi?
3. Apa yang melatarbelakangi peristiwa Pertempuran 10 November di Surabaya?
4. Apa isi perjanjian Roem Royen?
5. Apa yang dimaksud Agresi Militer Belanda? Kapan terjadinya dan apa latar belakangnya?
6. Sebutkan tindakan-tindakan heroik di berbagai kota dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia!
7. Sebutkan tujuan AFNEI datang ke Indonesia!
8. Apakah latar belakang kedatangan sekutu dan NICA di Indonesia?
9. Apakah arti serangan umum 1 Maret bagi bangsa Indonesa?
10. Jelaskan secara singkat peristiwa Westerling di Makasar!
Manfaat perjuangan diplomasi untuk Indonesia apa Bu?
BalasHapusPemerintah Indonesia menempuh cara diplomasi untuk menghindari korban yang besar akibat perang dan untuk memperoleh pengakuan internasional. Diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia antara lain melalui pertemuan (1) Hoge Veluwe, (2) Perundingan Linggajati, (3) Perundingan Renville, (4) Persetujuan Roem-Royen, dan (5) Konferensi Meja Bundar.
HapusPerjanjian Roem royen itu diadakannya di mana Buu??
BalasHapusFirman Suripto Wicaksono
Tepatnya di Hotel Des Indes, Jakarta.
HapusTujuan diadakannya perjanjian renville itu apa Bu?
BalasHapusadapun tujuan diadakan perjanjian renville antara lain menunjukkan pada dunia bahwa Republik Indonesia adalah sebuah negara kecil di wilayah Indonesia, Mendirikan negara persemakmuran di Indonesia, Menghentikan pertikaian pasca perjanjian Linggarjati, Menghindari perang dan kerugian yang lebih besar.
HapusTerima kasih Bu,
HapusNama: Winda Nur Lela
Kelas: X AKL 2
Kenapa jepanjepang menyerah pada sekutu?
BalasHapusYeni
X akl 2
Beberapa alasan yang membuat Jepang menyerah kepada sekutu adalah Kekalahan di Semua Lini (Sesudah Angkatan Udara Jepang hancur, Sekutu lalu memblokade laut Jepang serta melakukan pengeboman di beberapa kota daerah Jepang. Hal tersebut semakin diperburuk dengan jatuhnya Pulau Iwo Jima dan juga Okinawa ke tangan Sekutu yang kemudian membuat Sekutu semakin mudah melancarkan serangan mereka ke beberapa pulau yang ada di Jepang.), Serangan Mendadak Soviet (Serangan mendadak Tentara Merah di Manchuria, membuat Jepang merasa kesulitan untuk bertahan dengan sistem kekaisaran dengan adanya invasi komunis Soviet. Berdasarkan dengan pertimbangan jika lebih baik menyerah pada Washington dibandingkan semakin membuat kekaisaran Jepang runtuh jika menyerah ke tangan komunis Moskow, maka akhirnya di tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat ke Sekutu.), jatuhnya Bom di Hiroshima dan Nagasaki, hancurnya Pengilangan Nippon Oil Company (Pengilangan minyak yang dijadikan sasaran tersebut adalah satu satunya pengilangan minyak Jepang yang masih beroperasi di Jepang dan menghasilkan 67 persen kebutuhan minyak di Jepang.), Penembakan Meriam ke Pantai Jepang.
HapusKapan dan dimana konferensi meja bundar dilakukan?
BalasHapusKonferensi Meja Bundar diselenggarakan di kota Den Haag, Belanda. Waktu pelaksanaannya diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949.
HapusMengapa diadakan Perundingan Linggarjati?
BalasHapusEva Anjani
X AKL 2
Tujuan perjanjian linggar jati adlh ingin pengakuan wilayah jawa sumatra dan madura , hasil'y belanda mengakui wilayah yg di inginkan indonesia , RI dan belanda akan membentuk negara Republik Indonesia Serikat
HapusBy:firman s.w
Apa tujuan pertempuran yg menewaskan A.W.S Mallaby
BalasHapusApa tujuan pertempuran yang menewaskan A.W.S Mallaby
BalasHapusPutri nur aisyah
XAKL2
Apa yang dimaksud status quo?
BalasHapusNama= Siska ningtias
Kelas= 10 AKL 2
Apa yang di mangsud agresi militer blanda?kapan terjadinya
BalasHapusISMA INDRAWAN
10 akl 2
Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua)
HapusBy:firman s.w
Maaf kalau salah bu'
Kenapa Dunia internasional (khususnya Amerika Serikat) sebetulnya terlibat dalam konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda bu'
BalasHapusSugeng Raharjo
X AKL 2
Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara itu negara mana saja ya Bu ?
BalasHapusViki Dwi A
X Akl 2
Mengapa belanda masih ingin berkuasa kembali di indonesia?
BalasHapusRahmah wulandari
X AKL 2
1. Bangsa Indonesia masih harus berjuang lagi mempertahankan kemerdekaannya karena banyak pihak asing yang tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Pihak asing tersebut adalah Belanda, Inggris, dan Jepang.
BalasHapus2. Perjuangan fisik dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata, sementara perjuangan diplomasi dilakukan melalui meja-meja perundingan.
3. Pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 18 September 1945.
4. a) Isi Perjanjian Roem-Royen untuk Indonesia:
-Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
-Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
-Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
-Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang
b)Isi Perjanjian Roem-Royen untuk Belanda
-Belanda menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
-Belanda menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
-Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum tanggal 19 Desember 1949 dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan RI. -Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
-Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya Konferensi Meja Bundar segera diadakan sesudah pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.
5. Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua).
Azizah Nishfa Lailia
HapusX AKL 1
3.pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Soeryo,karena Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia.
BalasHapus4.Isi perjanjian Roem royen adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
b. Menghentikan gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
c. Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia.
1.bangsa Indonesia masih harus berjuang lagi mempertahankan kemerdekaannya karena banyak pihak asing yg tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia
BalasHapus2.-perjuangan fisik merupakan perjuangan yg dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata.
-perjuangan diplomasi merupakan perjuangan yg dilakukan melalui meja-meja perundingan
1. Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya? karena banyak pihak asing yang tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Pihak asing tersebut adalah Belanda, Inggris, dan Jepang. ... Mereka tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Perlawanan rakyat terjadi di mana-mana.
BalasHapus2.Apa yang di maksud perjuangan fisik dan diplomasi? Perjuangan fisik dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata, sementara perjuangan diplomasi dilakukan melalui meja-meja perundingan.
Alfiyyah nur f
X akl 2
5.Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua).
BalasHapus6.-Insiden Bendera di Hotel Yamato dan Pertempuran Surabaya. Insiden bendera ini terjadi pada tanggal 22 September 1945.
-Di yogyakarta. Perebutan kekuasaan dilakukan serentak pada tanggal 6 Oktober 1945.
Medan Area. ...
-pertempuran Lima Hari di Semarang.
-Di Sulawesi Selatan.
-Bandung Lautan Api.
Lina Nur Padiyah
X Akl 2
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus7) 1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia
BalasHapus2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu
3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang
4. Memulihkan keamanan dan ketertiban
5. Mencari dan mengadili para penjahat perang.
8) NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya.
Mustika
X AKL 2
9.Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta ini mempunyai dua arti penting yaitu :
BalasHapus1. Intern
a. Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
b. Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.
2. Ekstern
a. Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan serangan
b. Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.
10.peristiwa Wasterling di Makassar
pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).
Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.
Tri Setianing Sukma
X AKL 2
1.Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya?
BalasHapusKarena banyak pihak yg tidak menyetujui kemerdekaan Indonesia, seperti Belanda dan Inggris,serta tentara Jepang yg masih bertahan di Indonesia.selain mereka belum mengetahui bahwa Jepang telah kalah pada perang dunia 2 dan menyerah kepada sekutu.mereka juga tidak mengetahui mengenai kemerdekaan Indonesia sehingga mereka masih bertahan di Indonesia.
2.Apa yg dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi? Perjuangan fisik dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata sedangkan perjuangan diplomasi dilakukan melalui meja-meja perundingan.
Ardelia Milatina
X AKL 2
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus9.Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta ini mempunyai dua arti penting yaitu :
BalasHapus1. Intern
a. Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
b. Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.
2. Ekstern
a. Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan serangan
b. Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.
10.peristiwa Wasterling di Makassar
pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).
Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.
Vivi dwiani
X AKL2
3.pada pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Soeryo,karena Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia.
BalasHapusPada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan sekutu melanggar kesepakatan terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer.
4.Isi perjanjian Roem royen adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
2. Menghentikan gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
3. Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia.
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tahanan peran.
5.Belanda menyetujui Republik Indonesia sebagian dari Negara Indonesia Serikat 6.Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat
7.Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar suka sukarela dan persamaan hak.
8.Belanda memberikan semua hak, kekuasaan dan kewajiban kepada Indonesia.
Dwi Mujaharoh
X AKL2