PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA




Setelah Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, sekutu kemudian memerintahkan Jepang untuk melaksanakan status quo, yaitu menjaga situasi dan kondisi sebagaimana adanya pada saat itu sampai kedatangan tentara sekutu ke Indonesia.

Pihak sekutu memutuskan bahwa pasukan – pasukan Amerika Serikat akan memusatkan perhatian pada pulau – pulau di Jepang, sedangkan tanggung jawab terhadap Indonesia dipindahkan dari SWPC (South West Pasific Command) dibawah komando Amerika Serikat kepada SEAC (South East Asia Command) di bawah komando Inggris yang dipimpin Laksamana Lord Louis Mountbatten.  Sebelum kedatangan tentara sekutu ke Indonesia, pada tanggal 8 September Laksamana L. L. Mountbatten mengutus tujuh perwira Inggris di bawah pimpinan Mayor A. G. Greenhalgh ke Indonesia. Tugasnya adalah mempelajari serta melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan pasukan sekutu.

A.   KEDATANGAN SEKUTU DAN NICA DI INDONESIA
Pada tanggal 16 September 1945 rombongan perwakilan sekutu berlabuh di Tanjung Priok. Rombongan ini dipimpin oleh Laksamana Muda W. R. Patterson. Dalam rombongan ini ikut pula C. H. O. Van der Plas yang mewakili pimpinan NICA yaitu Dr. H. J. Van Mook. Setelah itu pada tanggal 29 September 1945 tibalah pasukan SEAC di Tanjung Priok, Jakarta di bawah pimpinan Letjend Sir Philip Chistison. Pasukan ini bernaung di bawah bendera AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). 

Pasukan AFNEI terbagi menjadi 3 divisi yaitu :
1.  Divisi India ke-23, di pimpin oleh Mayor Jendral D.C. Hawthorn bertugas di Jawa Barat
2.  Divisi India ke-5, di pimpin oleh Mayor J E.C Marsergh bertugas di Jawa Timur
3.  Divisi India ke-26, di pimpin oleh Mayor Jendral H.M. Chambers bertugas di Sumatra

Pasukan AFNEI di pusatkan di Barat Indonesia terutama wilayah Sumatera dan Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya, terutama wilayah Timur diserahkan kepada angkatan perang Australia. AFNEI diserahi beberapa tugas sebagai berikut :
1.  Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia.
2.  Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu
3.  Melucuti dan memulangkan tentara jepang
4.  Memulihkan keamanan dan ketertiban
5.  Mencari dan mengadili para penjahat perang.

Kedatangan sekutu ke Indonesia semula mendapatkan sambutan hangat dari rakyat Indonesia, seperti kedatangan Jepang dulu. Akan tetapi setelah diketahui mereka datang disertai orang-orang NICA (Netherlands Indies Civil Administration), sikap rakyat Indonesia berubah menjadi penuh kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi berubah memburuk tatkala NICA mempersenjatai kembali bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indies Leger). Satuan – satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang kemudian bergabung dengan tentara NICA. Diberbagai daerah, NICA dan KNIL yang didukung Inggris/Sekutu melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para pemimpin nasional.

Untuk meredakan ketegangan tersebut, pada tanggal 1 Oktober 1945 panglima AFNEI menyatakan pemberlakuan pemerintahan Republik Indonesia yang ada di daerah – daerah sebagai kekuasaan de facto. Kerena pernyataan tersebut pemerintah RI menerima pasukan AFNEI dengan tangan terbuka, bahkan pemerintah RI memerintahkan pejabat daerah untuk membantu tugas – tugas AFNEI.
Pada kenyataannya kedatangan pihak sekutu selalu menimbulkan insiden di beberapa daerah. Tentara sekutu sering menunjukkan sikap tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Lebih dari itu, tampak jelas bahwa NICA ingin mengambil alih kembali kekuasaan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa AFNEI telah menyimpang dari misi awalnya. Kenyataan tersebut memicu pertempuran di beberapa daerah seperti Surabaya, Sukabumi, Medan, Ambarawa, Manado, dan Bandung.

B.  PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN SENJATA

1.   Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan sekutu. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasikan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional perlawanan nasional terhadap kolonialisme.

Tentara sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigjen Aubertin Walter Sothern (A.W.S) Mallaby yang berkebangsaan Inggris. Kedatangan pasukan sekutu disambut baik oleh Gubernur Jawa Timur R.M.T.A Soeryo. Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan Brigjen AW.S Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut :
1.  Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan Perang Belanda
2.  Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman
3.  Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar
4.  Inggris hanya akan melucuti senjata jepang

Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan sekutu melanggar kesepakatan terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer. Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamphlet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya dan TKR bertekad akan mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak  akan menyerahkan senjata mereka.

Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan perjuangan yang gigih dapat melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital. Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan mengepung dan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun dipihak kita banyak jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C Hawthorn tiba di Surabaya. Dalam perundingan antara pemerintahan RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak sekutu.

Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio dan Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen A.W.S Mallaby. Kematian Brigjen A.W.S Mallaby itu mejadi dalih bagi Inggris untuk menggempur rakyat Surabaya dan menuntut “menyerah tanpa syarat”.

Pada tanggal 7 November 1945, pemimpin tentara Inggris yang baru, Mayjen E.C Marsergh memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya, dengan isi ultimatumnya adalah :
1.  Rakyat Surabaya harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Brigjen A.W.S Mallaby.
2.  Rakyat Surabaya harus menyerahkan senjata dan mengibarkan bendera putih sebagai tanda                 “menyerah”.

Batas waktu yang ditentukan untuk ultimatum ini adalah paling lambat tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 WIB. Jika ultimatum tidak dilaksanakan, maka pasukan Inggris akan mengerahkan pasukan infantri dengan senjata berat untuk menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.

Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Oleh karena tepat pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Soeryo. Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No. 4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya dan menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu “merdeka atau mati”. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat. Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00. pasukan sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu divisi infantri sebanyak 10.000 - 15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh kapal perang penjelajah “Sussex” serta pesawat tempur “mosquito” dan  “Thunderbolt”.

Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat bahu membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR laut dibawah komandan pertahanan Kota, Soengkono. Peristiwa 10 November ini juga tidak lepas dari peran kaum ulama. Ulama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, serta kyai – kyai pesanren lainnya yang mengerahkan santri – santri merekan dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan. Akibat pertempuran tersebut ± 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.

Kota Surabaya memang hancur, tetapi pertempuran ini menunjukkan suatu semangat serta sikap pantang mundur para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk mengenang perjuangan arek – arek Surabaya, di kota ini kemudian dibangun Tugu Pahlawan dan setiap tanggal 10 November di peringati sebagai Hari Pahlawan.


2.   Pertempuran (Palagan) Ambarawa
Kedatangan sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro karena akan mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara diam-diam mereka bersama-sama NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Ambarawa dan Magelang. Hal ini menimbulkan kemarahan pihak Indonesia, maka konflik bersenjata tidak bisa dihindari.

Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan tentara Sekutu maka tanggal 2 November 1945  Presiden Soekarno dan BrigJend Bethtel mengadakan perundingan gencatan senjata. Berikut ini 3 dari 12 butir kesepakatan antara pemerintah RI dan pihak sekutu :
1.  Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang dalam rangka menyelesaikan tugas             pokoknya, yaitu mengurus para tahanan, tetapi dengan jumlah yang terbatas.
2.  Jalan raya antara Magelang dan Semarang tetap dibuka bagi lalu lintas tentara sekutu dan                     masyarakat Indonesia.
3  Sekutu tidak akan mendukung aktifitas NICA dalam badan – badan yang berada di bawah                    kekuasaannya.

Dalam kenyataannya pihak sekutu melanggar kesepakatannya, salah satunya adalah menambah jumlah pasukannya di Magelang. Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kehadiran Letkol Soedirman memberikan nafas baru kepada pasukan – pasukan RI. Koordinasi diadakan kepada para komandan - komandan sektor untuk menyusun strategi penyerangan terhadap musuh.

Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari Magelang ke Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah  dibawah pimpinan Letnal Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran Ambarawa. Pasukan  Angkatan muda dibawah Pimpinan Sastrodihardjo yang diperkuat  pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta menghadang sekutu di desa Lambu. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan dibenteng Willem, yang terletak ditengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa di kepung. Kerena merasa terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu meninggalkan Ambarawa menuju ke Semarang.

Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa. Selain itu tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari jadi TNI AD atau Hari Juang Kartika.

Pertempuran Ambarawa


3.   Pertempuran Medan Area
Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oelh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatra dengan membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu.

Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Sumatra Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal E.T.D. Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Akan tetapi, serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Hal ini menimbulkan konflik dengan TKR dan BPI (Barisan Pemuda Indonesia) pimpinan Achmad Tahir yang merupakan bekas seorang perwira tentara sukarela.

Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Setelah kejadian tersebut pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D Kelly memberikan ultimatum kepada pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan  Area (Batas Resmi Wilayah Medan) di berbagai sudut pinggiran Kota Medan. Tulisan ini semacam “garis polisi”, yang diyakini akan menghambat pergerakan para pemuda dan TKR terhadap pasukan sekutu.

Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan pesawat-pesawat  tempur. Pada bulan April 1946 pasukan inggris berhasil mendesak pemerintahan RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat Medan Area.

Selain di daerah Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan Bukit Tinggi pertempuran berlangsung sejak bulan November 1945. Sementara itu dalam waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran melawan Sekutu. Dalam pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang untuk menghadapi perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal dengan peristiwa Krueng Panjol Bireuen. Pertempuran di sekitar Langsa/Kuala Simpang Aceh semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin langsung oleh Residen Teuku Nyak Arief. Dalam pertempuran ini pejuang kita berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian diseluruh Sumatra rakyat bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.


4.   Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa Merah Putih terjadi tanggal 14 Februari di Manado. Para pemuda tergabung dalam pasukan KNIL Kompeni VII bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohon, dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan. Pada tanggal 16 Februari 1946 mereka mengeluarkan surat selebaran yang menyatakan bahwa kekuasaan diseluruh Manado telah berada di tangan Republik Indonesia. Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Waisan. 

Bendera Merah Putih dikibarkan diseluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan, yaitu sejak tanggal 14 Februari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia memerintahkan pembentukan badan perjuangan pusat keselamatan rakyat. Dr. Sam Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam petisi itu dinyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia. Oleh karena petisi itu, pada tahun 1946, Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui (Irian Barat dan sekarang Papua).


5.   Peristiwa Bandung Lautan Api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada tanggal 17 Oktober 1945. Pada waktu itu para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu, senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan padanya. Bahkan pada tanggal 21 November 1945, TKR dan badan – badan perjuangan melancarkan serangan terhadap wilayah kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preager yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, sekutu menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh para pejuang, ultimatum tersebut tidak diindahkan dan mendorong pasukan TRI untuk melakukan operasi “bumi hangus”. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3).

Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 23 Maret 1945 yakni agar TRI meninggalkan kota Bandung. Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di Jakarta yang diwakili oleh Komandan divisi III TRI Kolonel Abdul Haris Nasoetion memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung walaupun dengan berat hati. Namun sebelum meninggalkan kota Bandung, terlebih dahulu para pejuang Republik Indonesia menyerang ke arah kedudukan - kedudukan Sekutu sambil membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung mengungsi ke luar kota.

Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha dan Ramdan  dua milisi Barisan Rakyat Indonesia (BRI). Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo - Halo Bandung”.

Pertempuran Bandung Lautan Api


6.   Pertempuran Puputan Margarana
Salah satu isi perundingan Linggajati pada tanggal l0 November 1946 adalah bahwa Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda harus sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya ± 2000 tentara di Bali, ikut pula tokoh-tokoh yang memihak Belanda. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai Komandan Resimen Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI. Sementara itu perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati di mana Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Rakyat Bali merasa kecewa terhadap isi perundingan ini. Lebih-lebih ketika Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946 I Gusti Ngurah Rai memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan.

Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal dengan nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga. Pertempuran hebat terjadi pada tanggal 29 November 1946 di Margarana, sebelah utara Tabanan. Karena kalah dalam persenjataan maka pasukan Ngurah Rai dapat dikalahkan.

Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end) demi membela Nusa dan Bangsa. Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut sebagai kusuma bangsa. Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.

Untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I Gusti Ngurah Rai diabadikan menjadi sebuah nama bandara di Denpasar, Bali. Nama Bandara tersebut adalah bandara “Ngurah Rai”. Di samping itu juga dianugerahi sebagai Pahlawan Anumerta.

Perang Puputan


7.    Peristiwa Westerling di Makassar
Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan yang diangkat tahun 1945, Dr. G.S.S.J. Ratulangie melakukan aktivitasnya dengan membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI). Organisasi yang bertujuan untuk menampung aspirasi pemuda ini pernah dipimpin oleh Manai Sophian.

Sementara itu pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).

Di daerah ini pula, pasukan Australia yang diboncengi NICA mendarat kemudian membentuk pemerintahan sipil di Makassar, karena Belanda melakukan usaha memecah belah rakyat maka tampillah pemuda-pemuda pelajar seperti A. Rivai, Paersi, dan Robert Wolter Monginsidi melakukan perlawanan dengan merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai NICA. Selanjutnya untuk menggerakkan perjuangan dibentuklah Laskar Pemberontak Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tokoh - tokohnya Ranggong Daeng Romo, Makkaraeng Daeng Djarung, dan Robert Wolter Monginsidi sebagai Sekretaris Jenderalnya.

Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.

Peristiwa Westerling di Makasar 


8.    Serangan Umum 1 Maret 1949
Ketika Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada bulan Desember 1948 ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh Belanda. Belanda menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan Belanda pada saat yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat oleh Syarifudin Prawiranegara. Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga masyarakat Yogyakarta juga memberikan dukungan kepada RI. Pimpinan TNI di bawah Jenderal Sudirman yang sebelumnya telah menginstruksikan kepada semua komandan TNI melalui surat Perintah Siasat No. 1 bulan November 1948 yang isinya adalah :
1)  Memberikan kebebasan kepada setiap komandan untuk melakukan serangan terhadap posisi                militer Belanda
2)  Memerintahkan kepada setiap komandan untuk membentuk kantong-kantong pertahanan                     (wehrkreise)
3)  Memerintahkan agar semua kesatuan TNI yang berasal dari daerah pendudukan untuk segera               meninggalkan Yogyakarta untuk kembali ke daerahnya masing-masing (seperti Devisi Siliwangi         harus kembali ke Jawa Barat), jika Belanda menyerang Yogyakarta. Untuk pertahanan daerah             Yogyakarta dan sekitarnya diserahkan sepenuhnya kepada pasukan TNI setempat yakni Brigade         10 di bawah Letkol Soeharto.

Dengan adanya agresi Militer Belanda maka dalam beberapa minggu kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi. Namun para pejuang mampu melakukan komunikasi melalui jaringan radio, telegram maupun para kurir. Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah PDRI, TNI melakukan serangan secara besar-besaran terhadap posisi Belanda di Yogyakarta. Serangan ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelum serangan dilakukan, terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem kantong-kantong pertahanan (wehrkreise).

Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor yaitu :
1.  Sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual
2.  Sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono
3.  Sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno
4.  Sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki

Pada malam hari menjelang serangan umum, pasukan-pasukan telah merayap mendekati kota dan melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat membantu memperlancar jalannya penyerangan dengan memberikan bantuan logistik. Serangan umum ini membawa hasil yang memuaskan sebab para pejuang dapat menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam yakni jam 06.00 sampai jam 12.00 dan setelah itu pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.

Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang bergerilya di daerah Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari Sumatera berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan harinya peristiwa itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New Delhi, India) dan L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat). 

Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta ini mempunyai dua arti penting yaitu :

1.  Intern
a.  Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para       pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
b.  Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya                       perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya                 menekan kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.

2.  Ekstern
a.  Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan               serangan
b.  Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan             Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.


C. PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

1. Perundingan di Hooge Veluwe
Perundingan ini dilaksanakan di Hooge Veluwe, Belanda pada tanggal 14 – 25 April 1946. Diplomasi ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan yang telah disetujui bersama oleh Sjahrir dan Van Mook pada 27 Maret 1946. Adapun para delegasi dalam perundingan ini diantaranya adalah:
(1) Delegasi Indonesia diwakili oleh Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo
(2) Delegasi Belanda diwakili oleh Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van Asbeck, Sultan Hamid II, dan Surio Santosa
(3) Pihak sekutu sebagai penengah diwakili oleh Sir Archibald Clark Kerr

Namun, perundingan ini tidak menghasilkan apapun karena Belanda menolak konsep hasil pertemuan antara Sjahrir dan Van Mook di Jakarta. Pihak Belanda tidak mau mengakui kedaulatan RI atas Jawa dan Sumetera secara Defacto. Belanda hanya mengakui kedaulatan RI atas Jawa dan Madura dan daerah-daerah yang diduduki oleh sekutu.

Dengan tidak ditemukannya kesepakatan dalam perundingan ini membuat hubungan Indonesia dan Belanda terputus. Namun, Van Mook tetap berupaya mengajukan beberapa usulan kepada pemerintahan Indonesia. 
Adapun isi dari usulan Van Mook tersebut adalah :
1. Belanda mengakui Republik Indonesia sebagai bagian dari negara persemakmuran (gemeennebest) yang berbentuk federasi.
2. Indonesia menjadi negara Persemakmuran seperti Nederland, Suriname, dan Curacao yang merupakan bagian dari kerajaan Belanda.
3. Belanda mengakui secara de facto kekuasaan RI meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera.

Akan tetapi usulan-usualan tersebut ditolak oleh pemerintah Indonesia karena dianggap tidak menguntungkan bagi pihak Indonesia.

2.  Perundingan Linggarjati
Diadakan pada tanggal 10 November 1946 di Linggarjati, Cirebon, Jawa Barat. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhon. Hasil perjanjian ini sebagai berikut:
1. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Negara Indonesia Serikat terdiri dari Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan            Negara Kalimantan.
3. Negara Indonesia Serikat dan Belanda merupakan satu uni dengan nama Uni Indonesia-Belanda         yang diketuai Belanda. Namun, Belanda mengingkari perjanjian ini dan melancarkan Agresi               Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947.

3. Perjanjian Renville
Perjanjian Renville diadakan pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat. Isi perjanjian ini sebagai berikut:
a.   Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian              kecil Jawa Barat, dan Sumatra.
b.   Semua pasukan RI harus ditarik mundur dari wilayah-wilayah yang diduduki Belanda.
c.   Belanda tetap berdaulat di seluruh wilayah Indonesia sampai diserahkan kepada Republik                    Indonesia Serikat (RIS) yang akan segera dibentuk. Namun, Belanda lagi-lagi mengingkari isi            Perjanjian Renville dan melakukan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1949.

USS Renville
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville

4. Perjanjian Roem Royen
Diadakan pada tanggal 17 April 1949 di Jakarta. Indonesia diwakili oleh Moh. Roem dan Belanda      diwakili oleh Van Royen. Isi perjanjian ini sebagai berikut.
a.   Pemerintah Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
b.   Menghentikan gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
c.   Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia
  
Perjanjian Roem Royen
Sumber : https://www.zonareferensi.com/perjanjian-roem-royen/
Hasil perundingan Roem Royen ini antara lain adalah :
 1.   Angkatan bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan semua aktivitas gerilya
 2.   Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB)
 3.   Kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke kota Yogyakarta
 4.   Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan                   semua  tahanan perang dan politik
 5.   Belanda menyetujui Republik Indonesia sebagian dari Negara Indonesia Serikat
 6.   Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat
 7.   Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan                       persamaan hak
 8.   Belanda memberikan semua hak, kekuasaan dan kewajiban kepada Indonesia

Dampak Perjanjian Roem Royen
1.   Pembebasan tahanan politik sehingga Soekarno dan Hatta kembali ke Yogyakarta setelah                   diasingkan. 
2.  Yogyakarta juga menjadi ibukota sementara dari Indonesia. 
3.  Terjadi juga penyerahan mandat dari Sjafruddin Prawiranegara sebagai presiden PDRI                        (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) kembali kepada Ir. Soekarno.

5. Konfrensi Meja Bundar

Latar Belakang Konferensi Meja Bundar
Hal yang melatarbelakangi terjadinya KMB adalah kegagalan Belanda untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan karena adanya kecaman dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk melakukan penyelsaian secara diplomasi. Sebelumnya terlah terjadi beberapa perundingan antara pihak Belanda dan Indonesia lewat perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville.

Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan militer Belanda terhadap tentara Indonesia. Dewan Keamanan PBB juga menyerukan diadakannya perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua pihak.

Usai perjanjian Roem Royen pada tanggal 6 Juli, rencananya akan diadakan lagi konferensi yang akan diikuti oleh para tokoh yang masih diasingkan di Bangka. Sebelumnya diadakan terlebih dahulu Konferensi Inter-Indonesia di Yogyakarta antara tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949.

Konferensi Inter-Indonesia dihadiri semua otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk. Para partisipan setuju mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk konstitusinya. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk perwakilan Republik Indonesia untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

Waktu dan Tempat Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di kota Den Haag, Belanda. Waktu pelaksanaannya diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949.



Konfrensi Meja Bundar


Tujuan Konferensi Meja Bundar
Ada beberapa tujuan diadakannya Konferensi Meja Bundar ini antara lain adalah :

Mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda dengan cara melaksanakan perjanjian-perjanjian yang sudah dibuat antara Republik Indonesia dengan Belanda, khususnya mengenai pembentukan Negara Indonesia Serikat (RIS).
Dengan tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka Indonesia telah diakui sebagai negara yang berdaulat penuh oleh Belanda, walaupun tanpa Irian Barat.
Tokoh Konferensi Meja Bundar
Ada tiga pihak yang terlibat dalam konferensi Meja Bundar, yakni pihak Indonesia, pihak Belanda yang diwakili BFO dan pihak UNCI (United Nations Comissioner for Indonesia) selaku penengah.

1. Pihak Indonesia

Pihak Indonesia diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta dan terdiri dari 12 delegasi secara keseluruhan.
a.   Drs. Mohammad Hatta
b.   Nir. Moh. Roem
c.   Prof Dr. Mr. Supomo
d.   Dr. J. Leitnen
e.   Mr. Ali Sastroamicijojo
f.   Ir. Djuanda
g.   Dr. Sukiman
h.   Mr. Suyono Hadinot  
I.      Sumitro Djojohadikusumo
j.   Mr. Abdul Karim Pringgodigdo
k.   Kolonel T.B. Simatupang
l.    Mr. Muwardi

2. Pihak Belanda

Dalam KMB, pihak Belanda diwakili oleh BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia.
Perwakilan BFO ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Perwakilan Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen dan UNCI diwakili Chritchley.

3. Pihak UNCI

Pihak UNCI atau United Nations Comissioner for Indonesia bertindak sebagai penengah jalannya konferensi antara Indonesia dan Belanda. Pembentukan UNCI dilakukan sebagai penengah dan mediator perdamaian perselisihan Indonesia dan Belanda.

Hasil dan Isi Konferensi Meja Bundar
1.   Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah negara yang merdeka.
2.   Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
3.   Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu setahun setelah pengakuan kedaulatan.
4.   Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk mengadakan kerjasama antara RIS dan Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
5.   Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak-hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
6.   Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda sejak tahun 1942.
Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
7.   Tentara Kerajaan Belanda akan ditarik mundur, sedangkan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.

Dampak Konferensi Meja Bundar
Pengesahan dan penandatanganan isi Konferensi Meja Bundar dilakukan pada tanggal 29 Oktober 1949. Hasil KMB ini kemudian disampaikan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Selanjutnya KNIP melakukan sidang pada tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil dari KMB. Pada akhirnya KNIP menyetujui hasil KMB. Pada 15 Desember 1949, Soekarno sebagai calon tunggal terpilih sebagai presiden Republik Indonesia Serikat.

Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda. Kabinet RIS terbentuk di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta yang menjadi Perdana Menteri.

Penyerahan kedaulatan Belanda terhadap Indonesia akhirnya disahkan pada tanggal 27 Desember 1949. Dalam upacara penyerahan kedaulatan pihak Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees dan Menteri Seberang Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta.

Di waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi Mahkota AH. J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka Indonesia berubah bentuk negaranya berubah menjadi negara serikat yakni Republik Indonesia Serikat (RIS).


Penyerahan kedaulatan menandai pengakuan Belanda atas berdirinya Republik Indonesia Serikat dan wilayahnya mencakup semua bekas wilayah jajahan Hindia-Belanda secara formal kecuali wilayah Irian Barat. Irian barat diserahkan oleh Belanda setahun kemudian.

Ayo Berlatih
Cari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1.   Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya?
2.   Apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi?
3.   Apa yang melatarbelakangi peristiwa Pertempuran 10 November di Surabaya?
4.   Apa isi perjanjian Roem Royen?
5.   Apa yang dimaksud Agresi Militer Belanda? Kapan terjadinya dan apa latar belakangnya?
6.   Sebutkan tindakan-tindakan heroik di berbagai kota dalam upaya mempertahankan kemerdekaan        Indonesia!
7.   Sebutkan tujuan AFNEI datang ke Indonesia!
8.   Apakah latar belakang kedatangan sekutu dan NICA di Indonesia?
9.   Apakah arti serangan umum 1 Maret bagi bangsa Indonesa?
10. Jelaskan secara singkat peristiwa Westerling di Makasar!

Komentar

  1. Manfaat perjuangan diplomasi untuk Indonesia apa Bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemerintah Indonesia menempuh cara diplomasi untuk menghindari korban yang besar akibat perang dan untuk memperoleh pengakuan internasional. Diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia antara lain melalui pertemuan (1) Hoge Veluwe, (2) Perundingan Linggajati, (3) Perundingan Renville, (4) Persetujuan Roem-Royen, dan (5) Konferensi Meja Bundar.

      Hapus
  2. Perjanjian Roem royen itu diadakannya di mana Buu??

    Firman Suripto Wicaksono

    BalasHapus
  3. Tujuan diadakannya perjanjian renville itu apa Bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. adapun tujuan diadakan perjanjian renville antara lain menunjukkan pada dunia bahwa Republik Indonesia adalah sebuah negara kecil di wilayah Indonesia, Mendirikan negara persemakmuran di Indonesia, Menghentikan pertikaian pasca perjanjian Linggarjati, Menghindari perang dan kerugian yang lebih besar.

      Hapus
    2. Terima kasih Bu,


      Nama: Winda Nur Lela
      Kelas: X AKL 2

      Hapus
  4. Kenapa jepanjepang menyerah pada sekutu?
    Yeni
    X akl 2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa alasan yang membuat Jepang menyerah kepada sekutu adalah Kekalahan di Semua Lini (Sesudah Angkatan Udara Jepang hancur, Sekutu lalu memblokade laut Jepang serta melakukan pengeboman di beberapa kota daerah Jepang. Hal tersebut semakin diperburuk dengan jatuhnya Pulau Iwo Jima dan juga Okinawa ke tangan Sekutu yang kemudian membuat Sekutu semakin mudah melancarkan serangan mereka ke beberapa pulau yang ada di Jepang.), Serangan Mendadak Soviet (Serangan mendadak Tentara Merah di Manchuria, membuat Jepang merasa kesulitan untuk bertahan dengan sistem kekaisaran dengan adanya invasi komunis Soviet. Berdasarkan dengan pertimbangan jika lebih baik menyerah pada Washington dibandingkan semakin membuat kekaisaran Jepang runtuh jika menyerah ke tangan komunis Moskow, maka akhirnya di tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat ke Sekutu.), jatuhnya Bom di Hiroshima dan Nagasaki, hancurnya Pengilangan Nippon Oil Company (Pengilangan minyak yang dijadikan sasaran tersebut adalah satu satunya pengilangan minyak Jepang yang masih beroperasi di Jepang dan menghasilkan 67 persen kebutuhan minyak di Jepang.), Penembakan Meriam ke Pantai Jepang.

      Hapus
  5. Kapan dan dimana konferensi meja bundar dilakukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di kota Den Haag, Belanda. Waktu pelaksanaannya diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949.

      Hapus
  6. Mengapa diadakan Perundingan Linggarjati?
    Eva Anjani
    X AKL 2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tujuan perjanjian linggar jati adlh ingin pengakuan wilayah jawa sumatra dan madura , hasil'y belanda mengakui wilayah yg di inginkan indonesia , RI dan belanda akan membentuk negara Republik Indonesia Serikat

      By:firman s.w

      Hapus
  7. Apa tujuan pertempuran yg menewaskan A.W.S Mallaby

    BalasHapus
  8. Apa tujuan pertempuran yang menewaskan A.W.S Mallaby

    Putri nur aisyah
    XAKL2

    BalasHapus
  9. Apa yang dimaksud status quo?
    Nama= Siska ningtias
    Kelas= 10 AKL 2

    BalasHapus
  10. Apa yang di mangsud agresi militer blanda?kapan terjadinya

    ISMA INDRAWAN
    10 akl 2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua)

      By:firman s.w

      Maaf kalau salah bu'

      Hapus
  11. Kenapa Dunia internasional (khususnya Amerika Serikat) sebetulnya terlibat dalam konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda bu'


    Sugeng Raharjo
    X AKL 2

    BalasHapus
  12. Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara itu negara mana saja ya Bu ?

    Viki Dwi A
    X Akl 2

    BalasHapus
  13. Mengapa belanda masih ingin berkuasa kembali di indonesia?

    Rahmah wulandari
    X AKL 2

    BalasHapus
  14. 1. Bangsa Indonesia masih harus berjuang lagi mempertahankan kemerdekaannya karena banyak pihak asing yang tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Pihak asing tersebut adalah Belanda, Inggris, dan Jepang.
    2. Perjuangan fisik dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata, sementara perjuangan diplomasi dilakukan melalui meja-meja perundingan.
    3. Pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 18 September 1945.
    4. a) Isi Perjanjian Roem-Royen untuk Indonesia:

    -Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
    -Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
    -Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
    -Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang

    b)Isi Perjanjian Roem-Royen untuk Belanda

    -Belanda menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
    -Belanda menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
    -Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum tanggal 19 Desember 1949 dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan RI. -Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
    -Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya Konferensi Meja Bundar segera diadakan sesudah pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.
    5. Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa  dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua).

    BalasHapus
  15. 3.pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Soeryo,karena Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia.
    4.Isi perjanjian Roem royen adalah sebagai berikut:
    a. Pemerintah Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
    b. Menghentikan gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
    c. Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia.

    BalasHapus
  16. 1.bangsa Indonesia masih harus berjuang lagi mempertahankan kemerdekaannya karena banyak pihak asing yg tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia

    2.-perjuangan fisik merupakan perjuangan yg dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata.
    -perjuangan diplomasi merupakan perjuangan yg dilakukan melalui meja-meja perundingan

    BalasHapus
  17. 1. Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya? karena banyak pihak asing yang tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Pihak asing tersebut adalah Belanda, Inggris, dan Jepang. ... Mereka tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Perlawanan rakyat terjadi di mana-mana.
    2.Apa yang di maksud perjuangan fisik dan diplomasi? Perjuangan fisik dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata, sementara perjuangan diplomasi dilakukan melalui meja-meja perundingan.


    Alfiyyah nur f
    X akl 2

    BalasHapus
  18. 5.Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua).
    6.-Insiden Bendera di Hotel Yamato dan Pertempuran Surabaya. Insiden bendera ini terjadi pada tanggal 22 September 1945.
    -Di yogyakarta. Perebutan kekuasaan dilakukan serentak pada tanggal 6 Oktober 1945.
    Medan Area. ...
    -pertempuran Lima Hari di Semarang.
    -Di Sulawesi Selatan.
    -Bandung Lautan Api.


    Lina Nur Padiyah
    X Akl 2

    BalasHapus
  19. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  20. 7) 1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia
    2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu
    3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang
    4. Memulihkan keamanan dan ketertiban
    5. Mencari dan mengadili para penjahat perang.
    8) NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya.





    Mustika
    X AKL 2

    BalasHapus
  21. 9.Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta ini mempunyai dua arti penting yaitu :

    1. Intern
    a. Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
    b. Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.

    2. Ekstern
    a. Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan serangan
    b. Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.

    10.peristiwa Wasterling di Makassar


    pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).
    Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.


    Tri Setianing Sukma
    X AKL 2

    BalasHapus
  22. 1.Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya?
    Karena banyak pihak yg tidak menyetujui kemerdekaan Indonesia, seperti Belanda dan Inggris,serta tentara Jepang yg masih bertahan di Indonesia.selain mereka belum mengetahui bahwa Jepang telah kalah pada perang dunia 2 dan menyerah kepada sekutu.mereka juga tidak mengetahui mengenai kemerdekaan Indonesia sehingga mereka masih bertahan di Indonesia.
    2.Apa yg dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi? Perjuangan fisik dilakukan dengan mengandalkan kontak senjata sedangkan perjuangan diplomasi dilakukan melalui meja-meja perundingan.




    Ardelia Milatina
    X AKL 2

    BalasHapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. 9.Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta ini mempunyai dua arti penting yaitu :

    1. Intern
    a. Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
    b. Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.

    2. Ekstern
    a. Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan serangan
    b. Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.

    10.peristiwa Wasterling di Makassar


    pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).
    Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.

    Vivi dwiani
    X AKL2

    BalasHapus
  25. 3.pada pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Soeryo,karena Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia.
    Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan sekutu melanggar kesepakatan terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer.

    4.Isi perjanjian Roem royen adalah sebagai berikut:
    1. Pemerintah Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
    2. Menghentikan gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
    3. Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia.
    4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tahanan peran.
    5.Belanda menyetujui Republik Indonesia sebagian dari Negara Indonesia Serikat 6.Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat
    7.Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar suka sukarela dan persamaan hak.
    8.Belanda memberikan semua hak, kekuasaan dan kewajiban kepada Indonesia.

    Dwi Mujaharoh
    X AKL2

    BalasHapus

Posting Komentar